Begian 1
Kamis sore pukul 18.50 saya berangkat dari bandara soekerno hatta menuju ke Doha. Perjalanan menghabiskan waktu tujuh jam lebih. Dalam perjalanan Jakarta-Doha, saya berkenalan dengan seorang akademisi dari salah satu universitas di Oman, tempat duduknya bersebelahan dengan saya… Tentunya kami berbicara bahasa Inggris. Meskipun dengan kemampuan bahasa inggris saya yang pas-pasan, tetapi kami bisa menghabiskan tujuh jam penerbagan dengan berbagai topic menarik. Mulai dari yang sederhana sampai yang berat, dari ilmu pengetahuan umum sampai Agama Islam.
Tidak terbayangkan, seorang asing yang baru berkenalan dengan saya beberapa jam yang lalu menanyakan: "Bagaimana kamu tahu, bahwa Tuhan itu ada?"
Tentunya saya menjawab dari sudut pandang saya sebagai seorang Kristen. Kalau kamu mengetuk pintu, dan seseorang membukanya dari dalam, maka kamu pasti akan tahu dengan sendirinya, bahwa ada orang didalam. Demikian halnya dengan Tuhan. Karena kamu tidak melihatnya, maka kamu hanya berkomunikasi denganNya lewat doa. Kamu akan tahu bahwa Dia ada, jika kamu meminta sesuatu lewat doamu kepadaNya dan doamu dikabulkan. Jika kamu masih belum percaya, kadang kamu perlu meminta sesuatu yang mustahil terjadi…supaya ketika permintaan yang mustahil itu dikabulkan, maka kamu akan tahu, bahwa Tuhan itu ada dan Dia sedang menambahkan imanmu. Dia ingin selalu mengatakan, bahwa Dia selalu ada didekatmu!! Believe it!
Pesawat saya tiba di Doha sesuai jadwal. Teman baru saya itu, memberikan kartu namanya kepada saya, beberapa menit sebelum pesawat saya mendarat di bandar udara internasional Doha. Saya berkemas dan segera mengantri diantrian penumpang yang tak sabar menunggu keluar dari pesawat. Beberapa penumpang langsung mengantri dibelakang saya... padahal saya masih berharap sempat mengucapkan selamat tinggal, tetapi karena banyaknya penumpang yang mengantri dibelakang saya, menghambat komunikasi kami, sehingga saya hanya mengikuti arus penumpang keluar. Kami terpisah pada bus yang membawa penumpang ke bandara. Tiba di bandara, saya mengantri di antrian penumpang transit ke frankfurt, sedangkan dia mengantri di bagian lain. Kami sempat melambaikan tangan.
Saya menuju ke ruang istirahat. Masih ada 2 jam tersisah. Lebih dari sekedar cukup untuk beristirahat, sebelum melanjutkan perjalanan ke Frankfurt. Dideretan orang yang sedang duduk, saya menemukan satu kursi kosong. Sambil duduk saya membuka laptop saya dan mulai mencoba bekerja. Tapi itu tidak bertahan lama. Saya tidak bisa berkonsentrasi penuh untuk materi yang saya siapkan. Selain banyaknya orang yang berlalu lalang, saya juga sempat menciup bau asap rokok... bagaimana bisa? Bandar udara internasional Doha adalah area bebas merokok. Tapi saya masih percaya akan penciuman saya. Ahh, itu dia, di pojok kiri ada ruang kecil yang penuh dengan asap dan beberapa kepala yang terlihat dari balik kaca. Saya segera meuju kesana, dan menghabiskan sebatang rokok. Lalu melihat jam di hp saya...hmmm, waktunya masih lama sekali. Boring! Saya merokok sebatang lagi. Tapi sebelum selesai, kepala saya sudah pusing. Mungkin kurang istirahat. Semalaman saya tidak tidur.
Sambil berjalan keluar saya mencari cafe yang memiliki akses untuk internet. Duduk sebentar. Mulai mencoba bekerja kembali. Perlahan saya mulai tenggelam dalam kegiatan saya. Membaca beberapa artikel menarik sebagai selingan, lalu melanjutkan kerja lagi. Memang tidak bisa maksimal bekerja di tempat umum. tetapi setidaknya, ada beberapa point yang bisa dikerjakan sebelum tiba di Jerman. Lumayan! Saya sudah membayangkan, betapa hari pertama tiba di Jerman akan sangat menyenangkan sekaligus melelahkan, karena saya akan bertemu dengan beberapa teman lama dan pasti akan kelihatan bodoh jika saya menolak bertemu dengan mereka, hanya karena alasan ngantuk. Cape. Basi!! Pertemuan kali ini sangat seru tentunya, karena semua teman-teman saya tidak tahu, bahwa saya akan datang. Sepengetahuan mereka, visa saya ditolak dan tidak bisa datang.
Saya tertawa sendiri...
Terbayang serunya pertemuan besok malam! Tiba-tiba ada pengumuman tentang keberangkatan pesawat ke Frankfurt. Ahh, itu nomor penerbangan saya. Sambil berjalan menuju ruang tunggu, saya teringat akan ucapan teman saya tadi: "Bagaimana kamu tahu, bahwa Tuhan itu memang ada?" Pertanyaan itu terus terngiang di telinga saya. Juga jawaban-jawaban yang saya berikan. Saya tidak percaya, saya mengucapkan itu semua. Saya tidak tahu apa benar ucapan saya. Mulai timbul keraguan dalam benak saya ketika menunggu di ruang tunggu. Apa benar Tuhan itu ada? Bagaimana kamu tahu itu?
Saya tidak perlu menjawabnya, karena keberangkatan saya ke Jerman untuk mengajar bahasa Jerman adalah hal mustahil yang pernah terjadi dalam hidup saya. Bukan hanya saya yang tidak percaya, tetapi semua teman-teman Jerman saya pun tidak percaya. Makanya mereka ragu bahwa saya bisa memperoleh visa kerja ke Jerman sebagai seorang guru bahasa jerman. Ragu-ragu dan percaya adalah dua hal yang berbeda. Tidak salah tentunya, jika saya ragu. Yang salah adalah jika keragu-raguan, saya menjadi tidak percaya sama sekali padaNya. Itu manusiawi...Tetapi saya tidak ingin keraguan saya melebihi percaya saya, bahwa Tuhan itu ada, dan Dia turut memperhitungkan betapapun kecilnya percaya saya diantara keraguan akan mujizat-Nya. Bapa, jangan biarkan percaya saya memudar, karena dalam sedikit kepercayaan saya kini, saya melihat sinar kasihMu yang ajaib memberi cahaya dalam jalan saya.
http://www.trafficzap.com/exchange/index.php?rid=77452
Freitag, 26. Februar 2010
Abonnieren
Kommentare zum Post (Atom)
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen